Samarinda - Keluarga balita Yusuf, yang ditemukan tewas dengan jasad tidak utuh di Kota Samarinda, menepis pernyataan polisi soal kemungkinan Yusuf terseret arus di dalam parit. Pihak keluarga punya analisis lain.

Ayah Yusuf, Bambang Sulistyo mengatakan pihak keluarga dibantu Gerakan Merawat dan Menjaga Parit (Gemmpar) Samarinda, menelusuri jalur parit dan gorong-gorong di Samarinda. Hasilnya, menurut mereka, sangat kecil jika jasad itu terseret arus banjir dalam parit.

"Kami bersama Gemmpar mengikuti arus air dalam parit dari sekolah sampai ke tempat penemuan jasad. Hasilnya tidak mungkin kalau jasad mulus mengikuti arus sampai ke TKP," kata Bambang saat dihubungi, Jumat (13/12/2019).

Menurut Bambang, dugaan polisi terkait penyebab kematian Yusuf terpatahkan. Pasalnya, alur parit menuju TKP memiliki banyak cabang dan berliku-liku.

"Pihak keluarga mematahkan pernyataan polisi, kalau anak kami tewas karena terseret banjir dalam parit. Hasil penelusuran tidak seperti itu," sebutnya.

Dihubungi terpisah, anggota Gemmpar, Marzuki Khairil, menuturkan dari penelusuran yang dilakukan di lapangan beberapa hari lalu, kemungkinan besar jasad Yusuf hanya bisa masuk dan terjebak di dalam folder penampungan air di Jalan AW Sjahranie. Setelah itu, jasad tidak mungkin bisa hanyut sampai ke TKP penemuan.

"Beberapa hari kami bersama media nasional memeriksa alur parit, dugaan sementara, kalaupun Yusuf terseret banjir, jasadnya hanya akan stop di folder penampungan air," sebutnya.

Menurutnya, alur parit dari sekolah Day Care hingga ke TKP sangat jauh. Alurnya bercabang dan berliku. Ditambah lagi, ada beberapa parit yang memiliki pembatas jeruji untuk menjebak sampah.

"Rasanya jasad tidak bisa melewati folder. Jasad itu kalau ikut air, dia akan stop di tengah folder saja," jelasnya.