Jakarta - 
Nama Raja Ampat memang begitu lekat dengan wisata surga di timur Indonesia. Sebenarnya dari mana asal nama Raja Ampat?

Siapa yang tak terpesona dengan keindahan Raja Ampat? Beragam destinasi indah dengan alam yang luar biasa menjadikan Raja Ampat begitu populer di mata dunia.

Selain keindahan alam dan surga bawah lautnya, Raja Ampat juga bikin penasaran dengan namanya. Rupanya nama Raja Ampat berasal dari empat raja ajaib yang lahir dari telur.

Dahulu kala ada sepasang suami istri yang bernama Alyab dan Boki Deni. Mereka berdua tinggal di pinggir Sungai Wawage atau Kali Raja, secara administratif kini wilayah tersebut masuk dalam Kampung Wawiyai, Distrik Tiplol Mayalibit.

Saat sedang berada di tepi sungai, sang istri, Boki Deni menemukan 7 butir telur. Telur tersebut hendak dikonsumsi oleh Alyab, namun sang istri menghalanginya.

"Karena keinginan istrinya akhirnya telur-telur tersebut dibawa pulang oleh pasangan tersebut," ujar Hari Suroto, Peneliti dari Balai Arkeologi Papua, Minggu (2/2/2020).

Saat disimpan, telur-telur tersebut tiba-tiba saja menetaskan bayi manusia. Dari 7 telur, ada 5 telur yang berhasil menetas, empat laki-laki dan seorang perempuan.

Satu telur menetas namun menjelma menjadi roh atau makhluk halus. Sedangkan yang satu lagi menetas menjadi sebuah batu. Batu yang lahir dari telur ini diberi nama Batu Telur Raja dan masih disimpan di Situs Kali Raja.

"Tersimpan dalam bangunan kecil, batu telur raja ini berwana putih, dibaluti kain berwarna putih dan sebuah kelambu putih," ungkap Hari.

Kembali lagi pada 5 telur yang menetas menjadi manusia, 4 anak laki-laki yang lahir kemudian menjadi penguasa dari daerah tersebut dengan gelar Fun.

"Mereka diberi nama Fun Giwar, Fun Tusan, Fun Mustari dan Fun Kilimuri. Sedangkan anak perempuan diberi nama Pin Tike," jelas Hari.

Pada mulanya mereka hidup bersama di Kali Raja. Namun karena pertengkaran, keempat raka ini berpencar ke penjuru Papua. Fun Giwar tetap tinggal di Kali Raja menjadi Raja Waigeo.

Saudara kedua, Fun Tusan, mendirikan kekuasaannya di Salawati, sedangkan Fun Mustari pindah ke Pulau Misool. Raja keempat, Fun Kilimuri memisahkan diri ke Pulau Seram.

"Sedangkan Pin Take, saudara perempuan raja, menurut mitos hamil tanpa suami ketika dewasa," kata tambah Hari.

Hal ini membuat malu saudara-saudaranya. Oleh karena itu, empat raja ini berunding untuk menghanyutkan Pin Take ke laut. Namun Pin Take terdampar dan selamat di Pulau Numfor.

Pin Take bertemu dengan seorang tokoh mitos Biak-Numfor dan menikah dengannya. Sebulan kemudian, Pin Take melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Gurabesi atau sering disebut Kurabesi.

"Ketika Kurabesi besar, ia kembali ke Waigeo dan bersama pamannya, Fun Giwar, Mereksopen, anak Fun Giwar, untuk membantu Raja Tidore berperang melawan Raja Ternate," lanjut Hari.

Dalam perang, Kurabesi berhasil merebut kemenangan melawan Tidore. Sebagai hadiah perang, Kurabesi dinikahkan dengan putri Sultan Tidore, Boki Taiba.

Kurabesi dan istrinya kemudian kembali dan menetap di Wawiyai, Waigeo, Raja Ampat sampai akhir hidupnya.